Al-Maqrizi

(Cairo, 766 H/1364 M–845 H/1442 M)

Al-Maqrizi (lengkap: Abu al-Abbas Ahmad bin Ali bin Abdul Qadir al-Husaini Taqiyuddin) adalah seorang ahli fikih Mazhab Syafi‘i, hadis, teologi,­ geografi, dan sejarah­ Mesir. Ia juga menguasai bidang ilmu lain seperti cetak­ uang, neraca, serangga, pertambangan, kedokteran,­ dan musik. Ayahnya berasal dari Baalbek, Suriah, lalu pindah ke Cairo, Mesir. Nama “al-Maqrizi” berasal­ dari al-Muqarazah, kam­ pung di Baalbek kuno.

Karena kondisi ekonomi ayahnya lemah sebelum­ men­jadi orang kaya biaya pendidikan al-Maqrizi ditanggung­ kakeknya dari pihak ibu, Hanafi Ibnu Sa’ig. Karena kakeknya ini meng­anut Mazhab Hanafi, ia pertama-tama mendapat­ pendidikan berdasarkan prinsip mazhab ini.

Setelah kakeknya meninggal dunia pada 1384, al-Maqrizi beralih ke Mazhab Syafi‘i, bahkan ia tampaknya cenderung menganut Mazhab az-Zahiri. Ia mempelajari­ fikih Mazhab Syafi‘i secara menda­ lam, sehingga dapat mengecam­ dengan tajam ajaran­ fikih Mazhab Hanafi.

Al-Maqrizi kemudian diangkat menjadi pegawai­ pe­ merintahan Dinasti Mamluk dan mendiri­kan kantor sekretar­iat negara di istana Sultan Barquq (1382–1399). Ia menduduki jabatan sekretaris­ sampai 1368 ketika ia di­angkat menjadi wakil kadi pada kantor hakim agung (qadhi al-qudhah) Mazhab Syafi‘i.

Setelah itu ia menjadi imam masjid jami pemerintah dan guru hadis di Madrasah al-Mu’ayyadah. Pada 1398 Sultan Barquq menunjuknya menjadi muhtasib (hakim pasar) di Cairo.

Pada 811 H/1408 M al-Maqrizi diangkat sebagai pelaksana administrasi­ wakaf di Qalanisiyah, Damascus, sambil bekerja di rumah sakit Nuri, Damascus. Pada tahun itu juga ia men­ jadi guru hadis di Madrasah al-Asyrafiyyah dan Madrasah al-Iqbaliyyah.

Kemudian Sultan Faraj bin Barquq (1399–1412) menawarinya jabatan wakil pemerintah­ Dinasti Mamluk di Damascus, namun ia menolak tawaran ini. Ia kemudian hidup dari warisan keluarganya­.

Setelah sekitar 10 tahun menetap di Damascus, ia kembali ke Cairo. Ia ingin menghabiskan waktunya­ untuk ilmu, teruta­ma sejarah­. Pada 1430 ia bersama keluarganya berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji dan bermukim di sana untuk menuntut ilmu sampai 1435.

Di Mekah ia mengajarkan ilmu hadis dan menulis sejarah. Setelah itu, ia kembali ke Cairo. Di kota ini ia juga aktif mengajar di samping menulis. Rumahnya dijadikannya­ tempat mengajar. Setelah cukup lama menderita sakit, al-Maqrizi meninggal dunia di Cairo 27 Ramadan 845 (9 Februari 1442).

Semasa hidupnya, al-Maqrizi sangat produktif menulis di berbagai bidang ilmu, terutama sejarah Islam. Aktivitas penulisannya dimulai dengan menyusun­ sejarah lokal Mesir, terutama yang berhu­bungan dengan topografi Mesir. Setelah itu, ia memperluas perhatiannya­ ke negeri tetangga,­ seperti Abessinia (Ethiopia), dan juga yang berkaitan­ dengan seja­rah sosial.

Namun kegiatan ilmiahnya yang besar bermula dari munculnya karya tentang sejarah Cairo yang berjudul al-Mawa‘iz wa al-I‘tibar bi Tikr al-Khutath wa al-Atsar (Iktibar terhadap Manuskrip dan Sejarah Masa Lalu). Buku ini ditu­lis pada 1417–1436.

Dalam karyanya ini, al-Maqrizi sangat memperhatikan pembahasan tentang peninggalan­ tertulis, sehingga karyanya ini lebih dikenal dengan nama al-Khutat (Peninggalan Tertulis). Karya besarnya­ ini dimulai dengan pe­ngenalan sejarah­ dan geografis­. Setelah itu ia menerangkan­ negeri di Mesir.

Al-Maqrizi juga mengarang banyak karya untuk dijadi­kan lampiran bagi kitab besarnya tersebut. Dua di antaranya ada­lah buku biografi­.

(1) Kitab al-Muqaffa al-Kabir (Buku Panutan Besar). Buku ini dimaksudkan sebagai semacam ensiklopedi biografi­ penguasa Mesir dan tokoh agamanya, baik Islam maupun Kristen, sejak zaman sangat kuno sampai menjelang masanya sendiri. Ia sendiri memperkira­kan bahwa karya ini di kemudian hari akan mencapai 80 jilid. Namun, jumlah yang tercapai hanya 16 jilid.

(2) Kitab Durar al-‘Uqud al-Faridah fi Tarajim al-A‘yan al-Mufadah (Buku Mutiara yang Unik tentang Biografi Bermanfaat tentang Tokoh). Berbeda dengan yang pertama, buku ini dimaksudkan sebagai ensiklopedi biografi tokoh yang semasa dengannya. Sama dengan­ sebelumnya, karya ini juga tidak sempat diselesaikannya­.

Karya lain yang ditulisnya sebagai lampiran karya besarnya di atas adalah buku tentang sejarah negara Dinasti Fatimiyah yang berjudul Itti‘az al-hunafa’ bi Akhbar al-A’immah wa al-Khu­ lafa’ (Mengambil Nasihat Baik melalui Sejarah para Imam dan Khalifah) dan buku tentang sejarah negara­ Dinasti Ayubiyah dan Dinasti Mamluk yang berjudul as-Suluk li Ma‘rifah Duwal al-Muluk (Cara Mengetahui Kedaulatan para Raja).

Al-Maqrizi juga menulis beberapa makalah le­pas dan cat­atan sejarah­. Yang terpenting di antaranya­ adalah karangan tentang sejarah Bani Umayah dan Bani Abbas (Abbasiyah) yang berjudul an-Nizar Baina Bani Umayyah wa Bani Hasyim (Konflik­ antara Bani Umayah dan Bani Hasyim)­.

Dalam tulisan singkat ini ia membeberkan persoalan yang berhubungan dengan pengelompokan­ dan persaingan antara Bani Umayah dan Bani Hasyim dalam mencapai posisi kekha­lifahan,­ sam­pai pada persoalan fanatisme kesukuan pada masa jahiliah.

Karya lainnya adalah Tikr Ma Warada fi Bani Umayyah wa Bani al-‘Abbas (Berita tentang Bani Umayah dan Bani Ab­ bas), ad-Durar al-Mudhi’ah fi Tarikh ad-Daulah al-Islamiyyah (Permata Kemilau tentang Sejarah Negara Islam), al-Bayan wa al-I‘rab ‘amma bi Ardh Misr min al-‘Arab (Keterangan tentang Orang Arab di Negeri Mesir) yang membicarakan­ kabilah Arab yang melakukan­ imigrasi ke Mesir, Tarajim Muluk al-Garb (Biografi Raja [dunia Islam bagian] Barat) tentang­ Dinasti Ziyaniyyah di Tlemcen (Aljazair), al-Ilmam bi Akhbar man bi Ardh sabasyah min Muluk al-Islam (Lebih Mendalam tentang Sejarah Raja Islam di Negeri Abessinia),­ Nubdzah al-‘Uqud fi Umur an-Nuqud (Sekilas Transaksi tentang Masalah Mata Uang) tentang mata uang negara Islam, dan Risalah al-Makayil wa al-Mawazin asy-Syar‘iyyah (Risalah­ tentang Takaran dan Timbangan berdasarkan­ Hukum Syariat Islam).

Di bidang geografi, ia menulis beberapa­ makalah. Salah satunya, at-Turfah al-Garibah min Akhbar Wadi sadhramaut al-‘Ajibah (Keindah­an­ Menakjubkan dari Sejarah Lembah Hadramaut yang Mengagumkan), berbicara tentang geo­grafi Hadramaut yang didasarkan pada penelusuran­ yang dilakukannya ketika menunaikan ibadah haji melalui orang Hadramaut yang ditemuinya di Mekah.

Makalah lainnya adalah Jani al-Azhar min ar-Raudh al-Mi‘tsar (Kembang dari Taman Kemuliaan)­ dan Nuzhah al-Musytaq fi Ikhtiraq al-afaq (Rekreasi Mengasyikkan dalam Menjelajah Dunia).

Karyanya di bidang teologi berbentuk makalah dengan judul al-Bayan al-Mufid fi al-Farq Bain at-Tauhid wa at-Talid (Keterangan Berfaedah tentang Perbedaan antara Tauhid dan Ateisme) dan Tajrid at-Tauhid (Pemurnian Tauhid).

Karya al-Maqrizi yang lain adalah al-Khabar ‘an al-Basyar (Sejarah Manusia), tentang genealogi kabilah­ bangsa Arab dan raja Persia Sasania, dan Imta‘ al-Asma’ fi ma li an-Nabi min al-hafadzah wa al-Mata‘ (Nama Keturunan Nabi), tentang­ keluarga Nabi Muhammad SAW. Tulisan terakhir ini di­buatnya di Mekah.

Tulisan al-Maqrizi lainnya berjudul Igatsah al-Ummah bi Kasyf al-Gummah (Menyelamatkan Umat dengan Membu­ka Tabir). Kitab ini mema­parkan peristiwa kela­paran yang menimpa­ Mesir sejak masa kuno sampai 1305, tahun penu­lisan buku tersebut.

Dalam mengulas peristiwa­ kelaparan dan berjangkitnya­ penyakit, ia menyimpulkan­ bahwa penyebab utama semua itu adalah­ buruknya kepemimpinan para pen­ guasa dan ketidakpedulian­ mereka terhadap kemaslahatan­ masyarakat­.

Kesimpulan ini juga pernah di­lontarkan­ Ibnu Khaldun di dalam kitabnya al-Muqaddimah. Sangat boleh jadi dalam hal ini al-Maqrizi terpengaruh­ pemikiran Ibnu Khaldun. Ada banyak bukti bahwa sebelumnya al-Maqrizi telah mengkaji kitab Ibnu Khaldun, terutama al-Muqaddimah.

Tentang kepribadian al-Maqrizi, seorang mu­ridnya yang bernama Abu al-Mahasin Yusuf bin Taghri Bardi (seorang sejarawan besar setelah­ generasi­ al-Maqrizi) berkata,

“Ia adalah orang terbesar pada masanya dalam ilmu sejarah dan cabang-cabangnya. Saya mengetahui ula­ma-ulama sejarah yang semasa dengannya. Perbedaan antara mereka sangat jelas. Ini bukan karena saya fanatik terhadap guru.”

As-Sakhawi (1427–1497, sejarawan besar Mesir setelah masa al-Maqrizi, murid Ibnu Hajar al-Asqalani) berkata,

“Sesungguhnya al-Maqrizi sangat mulia akhlaknya, orang paling dermawan pada masanya, tawaduk, ting­gi cita-citanya, senang melakukan muzakarah, selalu melakukan salat tahajud­ dan membaca wirid, khusyuk salatnya, lama Tuma’ninah (diam di antara rukun-rukun salat)nya, selalu berada di rumah, terpuji riwayat hidup­ nya, dan senang bergaul.”

Daftar Pustaka

Ibnu Taghri Bardi, Abu al-Mahasin. an-Nujum az-zahirah fi Muluk Misr wa al-Qahirah. Cairo: Dar al-Kitab, t.t.
al-Maqrizi, Ahmad bin Ali. al-Hitat wa al-Atsar fi Misr wa al-Qahirah. Cairo: Dar at-Tiba`a al-Misriya, 1853.
–––––––. Kitab as-Suluk li Ma‘rifah Duwal al-Muluk. Cairo: Lajnah at-Ta’wil wa at-Tarjamah wa an-Nasyr, 1934.

BADRI YATIM