Al-Mansur Abu Ja’far

Abu Ja‘far al-Mansur adalah khalifah kedua Abbasiyah, saudara Abu Abbas as-Saffah, khalifah pertama. Karena selalu menang dalam memadamkan kerusuhan di wilayah kerajaan maupun dalam menahan serangan Imperium Bi­ zantium, ia digelari al-Mansur (“yang mendapat pertolon­gan”). Ia semasa dengan Kaisar Constantine V (Bizantium), Kaisar Hsuan Tsung (Dinasti Tang di Tiongkok), dan Raja Nagabhata I (Dinasti Gurjara-Prathihara di India).

Baiat kepada Abu Ja‘far al-Mansur berlangsung di ibukota Hasyimiyah (Kufah, Irak). Di Khurasan (Iran), baiat berlangsung di bawah pengawasan Abu Muslim al-Khurasani yang men­jabat al-Wali (raja muda atau gubernur) di sana.

Dua orang pamannya (Abdullah bin Ali dan Salih bin Ali) tidak setuju atas pengangkatannya sebagai khalifah. Masing-masing menjabat sebagai al-Wali di wilayah Palestina dan Suriah. Wilayah Mesir, Afrika Utara dan Barat Jauh sampai Iberia (Andalusia), wilayah Palestina, Suriah, dan Mesir tidak berbaiat kepadanya dan bahkan menyusun kekuatan besar untuk melawannya.

Panglima Besar Abu Muslim al-Khurasani yang ia tugaskan untuk mematahkan perlawanan tersebut berhasil menum­ pas pasukan pemberontak, tetapi Abdullah bin Ali dapat meloloskan diri. Ia menyerahkan diri setelah khalifah berjanji menjamin keselamatannya. Ternyata ia ditahan dan dibunuh setelah ditahan selama 9 tahun (755).

Suatu tragedi terjadi ketika dalam dirinya tumbuh rasa khawatir bahwa sang Panglima Besar Abu Muslim apalagi setelah beberapa laporan menyatakan sikap panglima terse­ but mulai angkuh dan beberapa pucuk suratnya tidak digu­bris penguasa Khurasan itu–akan muncul sebagai tokoh yang akan menimbulkan persoalan besar bagi dinasti yang sedang dibangunnya.

Ia mengutus Abu Hamid al-Harwari, seorang terpelajar, untuk membujuk Abu Muslim supaya mau datang ke ibukota guna menemuinya. Utusan itu diterima dengan congkak, namun akhirnya panglima tersebut memenuhi panggilannya. Di ibukota, Abu Muslim diadili dan dijatuhi hukuman mati.

Ia juga memadamkan pemberontakan di Khurasan yang dipimpin Sundbad, seorang pemuka Maz­ daisme (agama Majusi) dan simpatisan fanatik Abu Muslim.

Dalam berhadapan dengan Kaisar Constantine V dari Bi­ zantium, ia berhasil merebut kembali kota benteng Malatia, maju menguasai wilayah Coppadocia, lalu bergerak ke arah barat dan merampas kembali Sicilia.

Kalau bukan karena permohonan damai dari Kaisar Constantine, ia bermaksud akan melaju ke utara melintasi Pegunungan Taurus dengan sasaran kawasan Selat Bosporus. Tujuh tahun masa damai, yang dikenal dengan Seven’s Years Truce (758–765), ditebus Bizantium dengan keharusan membayar upeti tahunan.

Al-Mansur juga berhasil mengatasi usaha perusuh di wilayah Khazar–tempat kediaman suku bangsa Slav, asal usul bangsa Rusia Putih di kawasan utara Kaukasus–yang mencoba merebut wilayah Georgia dan Armenia.

Pada 759 ia membasmi gerakan Rawandiyah, suatu kelompok yang berkecenderungan sebagai “Syiah Abbasiyah” yang fanatik kepada keturunan Abbas. Berbagai macam kerusuhan­ lain yang muncul pada masa pemerintahannya dapat dengan segera diatasinya. Semua kerusuhan itu berhasil dipadam­kannya menjelang 760.

Dialah sesungguhnya pembangun Dinasti Abbasiyah. Sebagai pendiri dan pembangun, ia tetap waspada, dan kalau perlu, tanpa segan-segan dan dengan sikap tegas ia bertindak keras, bahkan membunuh para pemimpin dua kelompok yang dipandang berbahaya, yaitu:

(1) sisa keluarga Umayah, dinasti yang ditumbangkan; dan

(2) kaum Syiah yang sebelumnya bahu-membahu dengan dinasti yang sedang berkuasa dalam menumbangkan Dinasti Umayah tetapi merasa tidak puas karena tidak diikutsertakan dalam kekuasaan.

Sebagai pembangun, ia melihat jauh ke depan: sebuah Kh­ilafah Abbasiyah yang memiliki pilar peradaban yang kukuh. Ia mendirikan sebuah ibukota baru menggantikan Hasyimi­ yah pada 145 H/762 M.

Pada mulanya, kota itu diberinya nama Madinah as-Salam (Kota Perdamaian); tetapi kemudian yang seterusnya terpakai adalah nama Persianya, yaitu Baghdad (Pemberian Allah). Pembangunan Baghdad menyerap tidak kurang dari 4.883.000 dirham, melibatkan sekitar 100.000 orang arsitek, tukang, dan buruh yang didatangkan dari Su­riah, Iran, Irak, dan daerah lainnya.

Imam Abu Hanifah atau Imam Hanafi adalah salah seorang tokoh terpenting yang diundang dan hadir dalam peresmian ibukota tersebut. Tokoh itu pula yang meninggal dalam penjara al-Mansur (150 H/767 M), karena telah membuatnya murka akibat penolakan Abu Hanifah terhadap beberapa kali permintaan al-Mansur agar ia mau menjadi kadi (hakim tinggi) kerajaan.

Pada masa al-Mansur dimulai gerakan penyalinan literatur Iran, India, Yunani, dan Suryani secara besar-besaran. Jurjis bin Bakhtisyu, mahaguru ketabiban di perguruan Jundishapur, dan seorang Kristen beraliran Nestorian diangkatnya sebagai tabib istana.

Di bidang ilmu pengetahuan, penyusunan cabang ilmu, baik umum maupun agama, mulai dilakukan. Cendekiawan besar yang hidup pada masanya antara lain adalah Malik bin Anas atau Imam Malik, Abu Hanifah, Ab­ durrahman al-Auza’i, Sufyan as-Sauri (para pembangun mazhab hukum); Sibawaih, al-Kisa’i, Akhfasy al-Kabir, dan Khalil al-Azadi (para ahli kebahasaan).

Juga pada masanya berlangsung kegiatan pengumpulan dan penyaringan hadis karena di sana-sini telah terjadi pemalsuan. Begitu pula ilmu tafsir semakin menunjukkan perkembangan pada masanya.

Semua perkembangan dan kemajuan tersebut ditopang sikap hidup al-Mansur yang dikenal sederhana, tidak terbius kemegahan kekuasaan yang ada di tangannya.

Pada 159 H/775 M dalam perjalanan menunaikan haji ke tanah suci Mekah, di Bir Maimun menjelang kota Kufah, karena suatu penyakit, ia wafat setelah memerintah selama 22 tahun. Jenazahnya dimakamkan dekat Mekah.

DAFTAR PUSTAKA

Fachruddin, Fuad Mohd. Perkembangan Kebudayaan Islam. Jakarta: BulanBin­ tang, 1985.
Hasan, Hasan Ibrahim. Islamic History and Culture from 632–1968, atau Sejarah dan Kebudayaan Islam, terj. Djahdan Human. Yogyakarta: Kota Kembang, 1989.
Kennedy, Hugh. The Early Abbasid Caliphate: A Political History. London: t.p., 1981.
Syuaib, Yusuf. Sejarah Khilafat Abbasiyah. Jakarta: Bulan Bintang.
MOCH. QASIM MATHAR